Desa Arung Parak, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tangaran – Kab. Sambas,
merupakan desa yang cukup beragam kondisi lingkungan alamnya. Bagian
barat desa ini merupakan kawasan pantai palawija,
sedangkan di bagian tengah merupakan perpaduan antara pasir dan tanah.
Nama Arung Parak sendiri berasal dari kata arung yang menurut bahasa
setempat (Sambas Tangaran)
berarti kawasan timbunan pasir dan parak yang merupakan jenis pohon
setempat yaitu pohon parak. Berdasarkan keterangan tetua masyarakat desa
ini, Arung Parak berarti timbunan pasir yang ditutupi oleh daun parak.
Tidak jauh dari desa ini terletak desa Tanah Hitam karena sebagian besar kawasannya merupakan wilayah pasir yang berwarna hitam.
yang mengandung pasir hitam,
bagian timur merupakan tanah murni yang cocok untuk tanaman
Antara Desa Arung Parak dan Desa Tanah hitam
terdapat Desa Kalimantan yang menurut penduduk setempat namanya berasal
dari spesies buah manga yang terdapat hanya di desa ini yaitu buah
kalimantan.
Desa Arung Parak bersama desa-desa lainnya yang tergabung dalam
Kecamatan Tangaran dulunya sebelum tahun 2004 masih bergabung pada
Kecamatan Teluk Keramat. Pada tahun 2004, desa-desa di kawasan yang
dilalui Sungai Tangaran dan Sungai Serabek bagian utara resmi memisahkan
diri dengan Kecamatan Teluk Keramat. Alasan pemisahanini adalah karena
jauhnya jarak antara ibu kota kecamatan sebelumnya dengan desa-desa yang
bergabung di kecamatan yang baru dibentuk tersebut. Desa yang terdekat
dengan ibukota kecamatan Teluk Keramat (Kota Sekura) adalah desa Semata
Biangsu yang jaraknya kurang lebih 7 km. Jarak Desa Arung Parak sendiri
dengan Kota Sekura kurang lebih 28 km. Kini dengan berdirinya kecamatan
baru, jarak Desa Arung Parak dengan ibu kota Kecamatan relatif (Desa
Simpang Empat) cukup dekat yaitu kurang lebih 6 km.
Sebagai daerah pantai, tumbuhan pantai khususnya kelapa tumbuh subur
di Desa Arung Parak. Lautnya yang tenang dan tidak terlalu dalam
memungkinkan beragam spesies ikan yang layak dimakan berkembang biak
dengan pesat. Namun sebagaimana daerah yang berada di dekat pantai
lainnya, desa ini rawan bencana alam yang berasal dari arah laut seperti
badai angin, badai gelombang, abrasi pantai bahkan tsunami.
Pada tahun 2002, terjadi tsunami kecil yang meluluh lantakkan delapan
rumah penduduk yang berada di dekat pantai. Mata pencaharian utama
penduduk Desa Arung Parak adalah perikanan, perkebunan dan pertanian.
Sektor perikanan menjadi sektor penting bukan hanya sebagai sumber
penghasilan bagi masyarakat Arung Parak tapi juga sebagai pemasok ikan
bagi penduduk KecamatanTangaran dan sekitarnya. Kelapa sebagai komoditi
perkebunan juga menjadikan kawasan ini penting bagi pasokan bahan baku
minyak kelapa penduduk sekitarnya. Biasanya penduduk menjual hasil
tangkapan ikan dan perkebunan kelapa di ibukota Kecamatan Tangaran (Desa
Simpang Empat) dan ibukota Kecamatan Teluk Keramat (Kota Sekura).
Untuk menambah penghasilan yang cukup besar, beberapa penduduk
terutama pemuda atau pemudi mencari penghasilan ke luar daerah bahkan
luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan penebangan kayu (dalam
istilah setempat pergi ke PT) atau bekerja sebagai TKI/TKW.
Penghasilan besar yang diterima pekerja perusahaan penebangan kayu
dan TKI/TKW memancing kalangan pemuda bahkan yang masih di bawah umur
untuk bekerja di bidang tersebut. Tak heran banyak yang putus sekolah di
tingkat sekolah dasar dan menengah hanya untuk bekerja di bidang
tersebut. Bagi mereka semata-mata mengandalkan pencaharian hanya pada
sektor perikanan, perkebunan kelapa termasuk pertanian tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan mereka terutama kebutuhan sekunder dan
kebutuhan tertier mereka.Lembaga dan sarana pendidikan di Arung Parak
tergolong baik.
Sudah ada SD di desa tersebut dan tidak jauh dari desa itu di desa
tetangga ada SMP yaitu di desa Kalimantan, Bahkan tidak lebih dari 3 km
dari Arung Parak sudah ada SMK yaitu didesa Tanah Hitam. Lembaga
kesehatan juga sudah didirikan di Arung Parak berupa Puskesmas Pembantu
sebagai perpanjangan dari Puskesmas di ibu kota kecamatan.Sarana
transportasi, penerangan dan informasi tergolong baik. Aksesibilitas ke
desa ini cukup lancar baik dari arah selatan lingkar jalan Kabupaten
yang melewati desa-desa dimulaidari Sekura - Simpang Empat – Pancur –
Sebayung dan Semutah maupun dari arah utara jalan propinsi yaitu dari
kecamatan Paloh – Desa tanah hitam - Desa Mentibar – Desa Matang Putus.
Kondisi jalan baik dari dan ke desa ini sudah baik dan diaspa, Lalu
lintas di jalan utama Desa Arung Parak cukup padat karena tiap rumah
tangga memiliki satu sepeda bermotor. Semua rumah penduduk tersambung
dengan aliran listrik dengan PLN walaupun masih banyak menghadapi
kendala seringnya mati listrik. Setiap rumah tangga memiliki minimal
satu unit televisi dan satu unit telepon genggam. Khusus televisi, acara
yang paling mudah ditangkap adalah siaran televisi dari negara tetangga
Malaysia. Untuk menikmati siaran dari stasiun Indonesia yang lebih luas
penduduk membeli parabola dan hampir setiap rumah tangga sudah
memilikinya.
Penduduk asli Arung Parak adalah suku Melayu. Sebagaimana penduduk
Melayu lainnya, budaya yang tepung tawar, beras kuning, pakaian teluk
belanga merupakan adat-istiadat yang tidak ketinggalan dalam acara-acara
sakral dan ritual keagamaan mereka yang menganut agama Islam. Namun ada
satu adat kebiasaan yang sangat khas dilakukan masyarakat Arung Parak
yaitu upacara mengantar aJung . Walaupun istilah aJung dipercaya berasal
dari bahasa cina merujuk pada jenis perahu ala cina yaitu Jung namun
pelaksanaan upacaranya kental bernuansa pengaruh agama Hindu. Secara
singkat dapat dijelaskan bahwa upacara ini dilakukan sebagai rasa syukur
kepada alam atas hasil panen yang mereka dapatkan. Sebagai ungkapan
rasa syukur, mereka menyajikan sebagian hasil panen mereka yang telah
diolah menjadi ketupat yang diantarkan ke penguasa laut dalam kendaraan
berupa perahu Jung. Pada malam sebelum hari puncak upacara, seorang
dukun akan menyajikan tarian ritual dengan mantera yang membuatnya
menari dalam kondisike surupan. Pelaksanaan tarian ini disebut dengan
istilah besiak . Budaya ngantar aJung yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Arung Parak yang merupakan penganut agama Islam adalah warisan
budaya Hindu.
Orang-orang Melayu termasuk nenek moyang penduduk Arung Parak dulunya
merupakan penganut agama Hindu. Bahkan kerajaan Sambas tua sebagai
wilayah pemerintahan yang wilayah kekuasaanya juga meliputi
kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sambas saat ini adalah kerajaan Hindu.
Siitus peninggalannya Kerajaan Sambas tua dapat ditemukan di Desa Kota
Lama, yang rajanya bernama bernama Ratu Sepudak yang dipercaya berasal
dari kerajaan Majapahit. Kemungkinan besar pengaruh Islam berkembang
pesat di kawasan ini termasuk Desa ArungParak sejak tampuk pemerintahan
Kerajaan Sambas dipegang oleh Sultan Syafiudin I (1000M s.d 1081 M).
Tradisi gotong royong dan musyawarah masih kental di Desa Arung
Parak. Namun masyarakat tidak menolak pendidikan dan pembangunan.
Beberapa orang dari Desa ini sudah sarjana. Masyarakat di Desa Arung
Parak termasuk masyarakat yang terbuka dan ramah terhadap pendatang dari
luar daerah, Tak heran jika masyarakat di sekitarnya khususnya kaum
muda-mudi suka berkun Jung ke desa ini terutama untuk menikmati suasana
pantai atau sekedar berkumpul beramai pada malam tertentu. Pada liburan
lebaran Idul Fitri, Pantai Arung Parak tak pernah sepi dari pengun Jung
atau wisatawan lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar